Siapa Saja Perempuan Berpengaruh dalam Sejarah Kepri
Kalau ngomongin sejarah Kepulauan Riau, biasanya yang langsung muncul di kepala itu tokoh-tokoh laki-laki kayak Raja Haji, Raja Ali Haji, dan para sultan lainnya. Padahal, di balik megahnya kerajaan dan budaya Melayu, ada juga perempuan-perempuan hebat yang punya peran besar, lho. Mereka bukan cuma duduk manis di istana, tapi juga ikut mikirin politik, budaya, pendidikan, bahkan pegang keputusan penting. Nah, blogkepri kali ini mau ajak kamu kenalan lebih dekat sama beberapa perempuan luar biasa yang jejaknya masih terasa sampai sekarang di Kepri. Siapa aja mereka? Yuk kita bahas satu per satu dengan gaya yang santai tapi tetap serius ngebahas sejarah.
Tengku Embung Fatimah, ibu yang bukan cuma mendidik anak
Tengku Embung Fatimah ini bisa dibilang salah satu sosok emak-emak kerajaan yang punya pengaruh besar di Kesultanan Riau-Lingga. Jangan bayangin beliau cuma duduk di singgasana dan pakai kebaya mewah ya. Setelah suaminya, Sultan Mahmud Muzaffar Syah, wafat, Embung Fatimah malah jadi tokoh penting yang ikut ngatur strategi di istana. Beliau aktif banget dalam urusan pemerintahan dan juga pendidikan. Anak-anak bangsawan waktu itu banyak yang tumbuh jadi pemimpin bijak karena didikan beliau. Jadi, selain jadi ibu buat anak-anaknya, beliau juga semacam “ibu bangsa” yang ikut membentuk arah kerajaan. Sosoknya dikenal tegas tapi adil, dan jadi panutan di kalangan perempuan istana. Wajar aja kalau namanya terus dikenang dalam sejarah Kepri.
Engku Puteri Raja Hamidah, si pemegang kunci tahta
Kalau ada tokoh perempuan yang punya kekuasaan luar biasa di balik layar kerajaan, Engku Puteri Raja Hamidah adalah salah satunya. Beliau bukan cuma istri dari Sultan Mahmud Syah III, tapi juga pemilik sah regalia, alias perlengkapan kebesaran kerajaan. Dan tahu nggak? Barang-barang itu penting banget, karena tanpa regalia, seseorang nggak bisa diangkat jadi sultan. Nah, karena beliau yang pegang, otomatis beliau juga yang bisa menentukan siapa yang layak naik tahta. Bisa dibilang, restu beliau itu semacam “surat sakti” bagi calon sultan. Tapi bukan cuma itu aja, Engku Puteri juga dikenal menjaga budaya dan adat Melayu dengan sangat serius. Beliau punya pandangan jauh ke depan soal pentingnya tradisi, makanya sampai sekarang masyarakat Melayu masih hormat sama warisan beliau.
Perempuan Penyengat, pejuang literasi diam-diam
Kalau kita ngomongin literasi atau pendidikan zaman dulu, biasanya yang disebut itu para ulama dan laki-laki. Tapi kenyataannya, di Pulau Penyengat, para perempuan juga punya peran besar dalam menyebarkan ilmu. Banyak dari mereka yang belajar baca tulis huruf Jawi, bahkan ngajarin anak-anak di surau atau rumah. Mereka ini bukan tokoh terkenal yang namanya masuk buku sejarah, tapi kontribusinya luar biasa. Bayangin aja, di zaman belum ada sekolah resmi, mereka udah jadi semacam guru les keliling. Anak-anak laki-laki dan perempuan sama-sama diajarin. blogkepri ngelihat ini sebagai bukti bahwa perempuan Kepri dari dulu udah punya semangat belajar dan ngajarin yang tinggi. Mereka mungkin gak pernah naik panggung, tapi fondasi pendidikan lokal banyak dibangun dari tangan-tangan mereka.
Pelestari budaya yang gak mau adat hilang
Selain di istana, banyak juga perempuan Kepri yang jadi pelestari budaya. Misalnya dalam hal tari tradisional, pantun, atau busana adat. Mereka ini biasanya yang ngurusin acara-acara adat, dari mulai pernikahan sampai kenduri. Bahkan, mereka juga yang ngajarin generasi muda soal cara berpakaian Melayu, cara jalan di depan orang tua, sampai cara menyusun hantaran pernikahan. Kalau bukan karena mereka, mungkin budaya ini udah memudar. Beberapa dari mereka juga bikin sanggar seni atau komunitas kecil untuk ngajarin anak-anak muda. Meski gak sering muncul di media, tapi kerja mereka luar biasa. blogkepri merasa penting banget mengenalkan kembali siapa saja perempuan pelestari budaya ini, supaya generasi sekarang gak lupa sama akar budayanya sendiri.
Perempuan modern pembela sejarah lokal
Zaman sekarang, banyak juga perempuan Kepri yang jadi akademisi, penulis, dan peneliti sejarah lokal. Mereka ini sering banget ikut seminar, nulis artikel, bahkan bikin buku soal sejarah Melayu dan perempuan masa lalu. Ada yang aktif di museum, ada juga yang bikin konten edukasi di media sosial. Mereka bukan cuma pengamat, tapi juga pejuang sejarah yang pengin ngenalin sisi-sisi yang selama ini jarang dibahas. Misalnya, mereka angkat kisah perempuan di masa penjajahan, perempuan dalam adat maritim, sampai sejarah rumah tangga kerajaan. blogkepri mengapresiasi semangat mereka yang terus menggali sejarah lokal dari sudut pandang yang lebih beragam, dan tentunya, lebih berani. Karena sejarah itu bukan cuma soal perang dan raja, tapi juga soal peran kecil yang berdampak besar.
Perempuan nelayan dan pedagang yang tahan banting
Kalau kamu jalan-jalan ke pulau-pulau kecil di Kepri, pasti bakal ketemu sama banyak ibu-ibu yang jadi nelayan atau pedagang ikan. Mereka ini juga punya peran penting lho dalam sejarah sosial Kepri. Dulu, waktu transportasi laut masih jadi satu-satunya jalur, para perempuan ikut bantu suami mereka melaut atau menjual hasil tangkapan di pasar. Ada yang sampai ke Singapura atau Johor buat jualan. Mereka bukan cuma cari uang, tapi juga jaga ekonomi rumah tangga tetap jalan. Meskipun hidup di tengah keterbatasan, mereka tetap semangat dan tahan banting. Cerita-cerita kayak gini jarang masuk buku sejarah, tapi justru penting banget untuk diangkat. Mereka inilah pahlawan ekonomi keluarga yang sering luput dari sorotan.
Perempuan penggerak komunitas adat
Di banyak desa adat di Kepri, ada kelompok-kelompok perempuan yang aktif dalam urusan adat dan sosial. Mereka ini biasanya jadi pengurus majelis taklim, pengarah acara adat, sampai penjaga naskah lama. Mereka juga aktif dalam menjaga kebersihan kampung, mengurus dapur umum kalau ada acara besar, dan jadi juru bicara perempuan di rapat desa. Meskipun gak punya gelar resmi, mereka dihormati sebagai tokoh masyarakat. blogkepri melihat bahwa perempuan semacam ini punya kekuatan sosial yang luar biasa. Mereka membangun komunitas dari bawah, dan jadi penghubung antara generasi tua dan muda. Dalam banyak hal, mereka jadi perekat sosial yang bikin kampung tetap rukun dan tradisi gak hilang begitu aja.
Kenapa penting mengenal tokoh perempuan sejarah Kepri?
Kenapa sih kita harus peduli sama sejarah tokoh perempuan di Kepri? Jawabannya sederhana: supaya kita gak cuma tahu setengah cerita. Sejarah itu bukan cuma milik laki-laki, tapi juga milik perempuan yang selama ini mungkin gak tercatat tapi punya peran besar. Dengan mengenal mereka, kita bisa lebih menghargai perjuangan ibu-ibu, nenek-nenek, dan para pendahulu kita. blogkepri pengin banget artikel ini jadi pengingat bahwa tanpa peran perempuan, Kepri gak akan jadi seperti sekarang. Jadi, yuk kita terus gali dan kenalkan kisah-kisah hebat perempuan Kepri ke generasi sekarang, supaya sejarah kita jadi utuh dan lebih adil.
Sertai perbualan